Social Icons

Pages

Senin, 31 Desember 2012

Tahun Baru Yang Bermanfaat

Assalamu'alaikum, kali ini Ane mau menjelaskan tentang Tahun Baru Yang Bermanfaat.
Awal muasal tahun baru 1 Januari jelas dari praktik penyembahan kepada dewa matahari kaum Romawi. Kita ketahui semua perayaan Romawi pada dasarnya adalah penyembahan kepada dewa matahari yang disesuaikan dengan gerakan matahari.
Sebagaimana yang kita ketahui, Romawi yang terletak di bagian bumi sebelah utara mengalami 4 musim dikarenakan pergerakan matahari. Dalam perhitungan sains masa kini yang juga dipahami Romawi kuno, musim dingin adalah pertanda ’mati’ nya matahari karena saat itu matahari bersembunyi di wilayah bagian selatan khatulistiwa.

Sepanjang bulan Desember, matahari terus turun ke wilayah bahagian selatan khatulistiwa sehingga memberikan musim dingin pada wilayah Romawi, dan titik tterjauh matahari adalah pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Lalu mulai naik kembali ketika tanggal 25 Desember. Matahari terus naik sampai benar-benar terasa sekitar 6 hari kemudian.

So, Perayaan Tahun Baru bukanlah berasal dari Islam. Bahkan berasal dari praktek pagan Romawi yang dilanjutkan menjadi perayaan dalam Kristen. Dan mengikuti serta merayakan Tahun baru adalah suatu keharaman di dalam Islam.

Kaum muslim dibuat bersenang-senang agar mereka lupa terhadap penderitaan dan penyiksaan yang terjadi atas saudara-saudara mereka sesama muslim di belahan dunia lain. Dan lewat tahun baruan ini pula disiarkan dan dipropagandakan secara intensif budaya barat yang harus diikuti seperti pesta kembang api, pesta minum minuman keras, film-film barat bernuansa persuasif di televisi, de el el.

Semua hal tersebut dilakukan dengan bungkus yang cantik sehingga kaum muslimin kebanyakan pun tertipu dan tanpa sadar mengikuti budaya barat yang jauh dari ajaran Islam. Anggapan bahwa tahun baru adalah “hari raya baru” milik kaum muslim pun telah wajar dan membebek budaya barat pun dianggap lumrah.

Seorang muslim nggak layak larut dan sibuk dalam perayaan haram tahun baruan yang menjadi sarana mengarahkan budaya kaum muslim untuk mengekor kepada barat dan juga membuat kaum muslimin melupakan masalah-masalah yang menimpa Islam dan kaum muslimin.

Dan hal ini juga termasuk mengucapkan selamat Tahun Baru, menyibukkan diri dalam perayaan tahun baru, meniup terompet, dan hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan orang-orang kafir. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari bagian kaum tersebut” (HR. Abu Daud). Oleh karena itu, ikut merayakan Tahun Baru maka kita sudah termasuk ke dalam golongan orang-orang kafir dengan kata lain kita telah murtad atau keluar dari agama Islam. Naudzubillahi min dzalik.

Dari Abu ‘Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk shahabiyah anshar, “Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, ‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat’. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai terompet. Nabi pun tidak setuju, beliau bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.’Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, ‘Itu adalah perilaku Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pun pulang.” (HR. Abu Daud, no.498 dan Al-Baihaqi, no.1704)

Semua orang sadar bahwa membunyikan terompet tahun baru, hakikatnya adalah turut bergembira dan merayakan kedatangan tahun baru. Dan sikap semacam ini tidak dibolehkan. Seorang mukmin yang mencintai agamanya, dan membenci ajaran kekafiran akan berusaha menghindarinya semaksimal mungkin.

Dengan demikian, membunyikan terompet di tahun baru berarti melakukan dua pelanggaran; pertama, membunyikan terompet itu sendiri, yang ini merupakan kebiasaan dan ajaran orang Yahudi dan kedua, perbuatan ini termasuk turut memeriahkan hari raya orang kafir.

Seorang mukmin dilarang untuk ikut gembira meski dalam hati dengn datangnya hari raya (tahun baru) karena bukan hari raya yg diakui oleh Syariat. Selamatkan iman, jangan turut gembira, apalagi ikut-ikutan merayakannya !

Seorang mukmin, cinta, benci, gembira dan sedihnya semuanya dipola dg syariat, bukan dibiarkan mengikuti nafsu dan tradisi. Tak patut kita bersuka cita dengan sesuatu yg bukan syar'i saat banyak saudara kita d Suriah, Gaza, Rohingya dll sedang berduka. 

Akhir tahun seharusnya digunakan untuk ber-muhasabah atau intropeksi diri (terlepas itu tahun baru Hijriyah atau tahun baru Masehi) agar di tahun yang akan datang kita bisa menjadi lebih baik lagi. Atau tahun baru bisa kita isi dengan berdoa bersama agar di tahun yang akan datang kita diberi kesehatan, ilmu dan rezeki yang bermanfaat. Momen tahun baru juga bisa kita gunakan untuk silaturahim berkumpul bersama keluarga. Masih banyak lagi hal positif lainnya yang bisa dilakukan ketimbang hura-hura gak jelas.

Akan tetapi, muhasabah, silaturahim, dan berdoa bersama bisa dilakukan kapan pun tanpa menunggu momen tahun baru. So, jangan tergiur buat ikut2an ngerayain tahun baru ya! Say no to Tahun Baru-an, terompet, kembang api, dan hura-hura. Semoga amalan kita bisa lebih baik dari kemarin. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar