Social Icons

Pages

Selasa, 01 Januari 2013

Ustad Sabun Mandi

Assalamu'alaikum, kali ini Ane mau menjelaskan tentang Ustad Sabun Mandi.
Ust. ‘Sabun Mandi’, itulah julukannya. Salah satu ulama yang dinobatkan sebagai tokoh perubahan tahun 2010 versi harian Republika. Pasalnya, saat berdakwah di kalangan suku-suku di Papua yang belum beragama, ia selalu membawa sabun mandi. "Kita memulai pengajaran Islam dari bab taharah dulu, tentang kebersihan dan hakikatnya,” ujar Fadzlan. Itulah sebabnya ia selalu membawa ratusan kardus sabun mandi saat berdakwah ke pedalaman Papua dan membagikannya secara gratis. Pria ini bernama M Zaaf Fadlan Rabbani Al-Garamatan. asli Papua, berkulit gelap, berjenggot kemana-mana memilih membalut tubuhnya dengan jubah.
Lahir dari keluarga Muslim, 17 Mei 1969 di Patipi, Fak-fak, sejak kecil dia sudah belajar Islam. Ayahnya adalah guru SD, juga guru mengaji di kampungnya. Pria ini, adalah putra dari pasangan Machmud Ibnu Abu Bakar Ibnu Husein Ibnu Suar Al-Garamatan dan Siti Rukiah binti Ismail Ibnu Muhammad Iribaram.

Tokoh agama asal Papua ini sudah puluhan tahun malang melintang melakukan dakwah di Papua. Masuk keluar hutan atau naik turun gunung, sudah menjadi kerjaan sehari-hari dalam menyebarkan agama Islam di sana. Nyawa pun menjadi taruhannya. Perubahan yang dilakukan melalui pola dakwahnya yang sederhana, unik, menginspirasi dan penuh simpati. Ia ajarkan masyarakat dengan peradaban Islam, dari tidak mandi menjadi mandi, dari tidak berpakaian menjadi berpakaian, dan dari beternak babi menjadi kambing.

Ust Fadhlan memulai dakwahnya di Wamena dan kalangan suku Asmat. Awalnya, masyarakat Papua terbiasa melumuri seluruh badannya dengan minyak babi untuk menghindari nyamuk dan dingin. Idenya tentang membersihkan tubuh diapreasiasi dengan luar biasa oleh masyarakat setempat. Ada cerita lucu, ketika kepala suku mengunakan sabun ia berkeliling kampung dengan gelembung sabun di tubuhnya yang belum dibilas dan teriak kegirangan karena senang dengan bau sabun yang harum.Sang kepala suku akhirnya mengajak sekitar 500-an warganya untuk memeluk Islam.

Ust.Fadlan masuk kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar di tahun 80′an. Lulus sebagai sarjana ekonomi, Ust Fadlan tidak memilih untuk menjadi pegawai negeri atau pengusaha, tapi Da’i, penyeru agama Islam dan mengangkat harkat martabat orang Fak-fak, Asmat, dan orang Irian lainnya. Dia tidak setuju kalau orang-orang ini dibiarkan tidak berpendidikan, telanjang, mandi hanya tiga bulan sekali dengan lemak babi, dan tidur bersama babi. Semua penghinaan itu hanya karena alasan budaya dan pariwisata. ”Itu sama saja dengan pembunuhan hak asasi manusia” katanya.

Tantangan dakwah ust Fadhlan di negeri Cendrawasih ini sangat luar biasa. Bayangkan saja, untuk mencapai tempat yang dituju, harus berjalan kaki hingga tiga bulan. Terkadang ada binatang buas juga. Bukan hanya masalah kondisi alam saja tapi respon penduduk sekitar “Terkadang ada juga yang melemparkan tombak bahkan panah. Ya, itu sudah biasa kami alami. Itu belum seberapa dibandingkan perjuangan Rasulullah. Beliau bahkan diusir dari negerinya (Makkah), karena ketidaksukaan penduduknya menerima dakwah Rasul. Namun beliau sabar. Karena itu pula, kami pun harus sabar,” terangnya.

Kisah ust Fadhlan ini menginspirasi kita untuk pantang menyerah dalam memperjuangkan Islam dan menerangi diri kita sendiri, keluarga, lingkungan, dan dunia kita dengan cahaya Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar